Wednesday, December 18, 2013

Maria



Artikel ini asalnya saya tulis buat buletin gereja GKKA Ujung Pandang yang rencananya bakal terbit Desember 2013 ini, dengan tema natal "A birth, a light, a hope". Karena satu dan lain hal buletinnya gak jadi terbit, dan karena natal taon depan temanya udah beda, jadi saya minta izin buat nge-post artikel ini di blog aja, sapa tau jadi berkat buat yang baca :) 

***

Natal.  Satu momen akhir tahun yang syahdu, dipenuhi lantunan kidung-kidung natal, cuaca dingin, dan hiasan-hiasan khas natal di pusat-pusat perbelanjaan. Begitu spesial bahkan komersil hingga sering kali peringatan kelahiran Sang Juruselamat itu sendiri terpinggirkan.
Dua ribu tahun yang lalu, yaitu natal yang pertama saat Sang Juruselamat dilahirkan, segala sesuatunya sungguh amat berbeda.

Di Nazaret, hiduplah seorang gadis remaja belia, berusia sekitar 15 tahun, bernama Maria. Dia telah bertunangan dan akan segera menikah dengan Yusuf, yang juga masih remaja. Mereka adalah orang-orang Israel, yang sedang menanti-nantikan datangnya Mesias yang dijanjikan Allah. Seluruh umat Israel menanti-nanti kapan waktu itu tiba, dan bertanya-tanya siapa yang akan Tuhan pilih untuk mewujudkan karya besar-Nya.

Ketika seorang malaikat tiba-tiba datang menemui Maria dan mengatakan bahwa dia akan hamil dan melahirkan Putra Allah, sang Mesias yang dinanti-nantikan, Maria menerima tugas itu dengan penuh iman dan kesadaran bahwa dirinya adalah hamba Allah.
Ini artinya Maria bersedia hamil di luar nikah, yang mana dalam budaya Yahudi di masa itu bisa fatal akibatnya: dirajam atau dilempari batu hingga tewas. Dan bagaimana dengan Yusuf, tunangannya? Akankah dia percaya bahwa Maria mengandung Sang Mesias dari Allah? Bukan hanya masa depan dan cita-cita Maria yang terancam, bahkan nyawanya pun terancam. Itulah harga yang Maria bayar untuk sebuah ketaatan menerima tugas yang Tuhan percayakan. Mengikut Tuhan memang tidak mudah.

Hampir saja Yusuf menceraikannya. Hancur hati Yusuf ketika mengetahui bahwa Maria yang dikasihi dan dipercayainya dan akan segera diperisterinya ternyata sudah hamil. Siapa laki-laki yang menghamili Maria-nya tercinta?
Tetapi karena malaikat Tuhan datang kepadanya melalui mimpi, Yusuf pun bersedia menerima tugas yang Tuhan percayakan. Mungkin banyak orang di sekelilingnya menuduh Yusuf menghamili Maria sebelum mereka sah menjadi suami isteri. Namun Yusuf menjalani semuanya dengan setia, dan menghormati Maria, bahkan setelah mereka resmi menikah, tidak bersetubuh dengan Maria hingga setelah Maria melahirkan Sang Juruselamat.

Ketika kehamilan Maria mencapai bulan-bulan terakhir, mereka harus pergi ke Betlehem.
Hal ini mungkin menjawab pertanyaan Yusuf dan Maria tentang nubuat kelahiran Sang Juruselamat yang seharusnya terjadi di Betlehem, sedangkan mereka tinggal di Nazaret. Bagi orang yang tidak sedang hamil sekali pun, perjalanan dari Nazareth ke Betlehem bukanlah perjalanan yang mudah. Jaraknya ratusan kilometer, melewati beberapa pegunungan. Dalam kondisi hamil tua, Maria harus meninggalkan kenyamanan rumahnya, kaum keluarganya, beserta segala yang telah dia persiapkan untuk menyambut kelahiran bayinya, dan pergi ke kota Daud nun jauh di sana.

Stres? Jelas.
Mungkin Maria sudah pernah mendampingi kerabatnya melahirkan. Namun kerabatnya tidak akan dapat mendampinginya saat Maria melahirkan bayinya nanti.
Berapa banyak perlengkapan dan pernak-pernik bayi yang harus dibawa? Berapa lamakah mereka akan tinggal di Betlehem?
Perut yang besar sudah tidak nyaman untuk dibawa berjalan jauh, mungkin kakinya pun sudah bengkak. Duduk di atas keledai juga sangat tidak nyaman, apalagi dalam waktu yang lama. Perjalanan memakan waktu sangat lama, jauh lebih lama dari biasanya.
Apakah bidan atau kaum keluarga suaminya di Betlehem nanti mau menolongnya?
Atau sudahkah mereka mendengar kabar burung bahwa dia hamil duluan sebelum resmi menikah dengan Yusuf?

Alkitab tidak menyebutkan berapa lama setelah mereka tiba di Betlehem Maria bersalin. Namun Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan” (Lukas 2:7). Bangsa Israel mempunyai hubungan kekerabatan yang sangat akrab, apalagi di zaman itu. Tidak adakah kaum keluarga Yusuf yang bersedia menampung mereka, sehingga mereka harus mencari rumah penginapan, dan bahkan tidak menemukan tempat di rumah penginapan? Padahal Maria sudah hampir melahirkan!

Mengikut Tuhan sungguh tidak mudah. Meskipun tugas yang diemban resmi berasal dari Tuhan, dan para malaikat Tuhan sendiri yang datang memberitahukannya.  Pengalaman supernatural yang luar biasa hebat tidak menjamin jalan yang dilalui akan mudah.

Bayangkan bila harus berada di posisi Maria: menanggung aib untuk dosa zinah yang tidak pernah dilakukannya, terancam hukuman rajam, harus melakukan perjalanan jauh saat hamil tua (tidakkah Tuhan bisa menyuruh Maria dan Yusuf pindah ke Betlehem sedari dulu, saat kondisi Maria masih nyaman untuk melakukan perjalanan?), bahkan sekedar sebuah kamar yang bersih dan nyaman untuk melahirkan saja pun, mengapa Tuhan tidak mau sekali menyediakan?

Maka sepasang suami-isteri remaja itu pun terpaksa tinggal di tempat hewan ternak: mungkin sebuah gua tempat para gembala dan hewan gembalaan beristirahat, atau sebuah kandang, Alkitab juga tidak mengatakan dengan jelas. Alkitab hanya menyebutkan bahwa tempat itu dilengkapi dengan palungan, atau tempat makanan hewan-hewan ternak (Lukas 2:7).

Kemudian Maria pun melahirkan.
Mungkin dengan hanya beralaskan jerami dan kain, Maria berbaring di kandang, merasakan mulas-mulas yang hebat dan semakin bertambah. Menginginkan kehadiran ibu dan kerabatnya di sampingnya, tetapi hanya Yusuf yang ada di sana.
Adakah yang menolong atau mendampingi Maria melahirkan selain Yusuf? Lagi-lagi Alkitab tidak menyebutkan tentang hal ini.
Dari mana Yusuf mendapatkan air bersih untuk membersihkan Maria dan air bersih yang hangat untuk membersihkan bayinya?
Bagaimana cara menggendong bayi yang baru lahir? Bagaimana cara membungkusnya agar hangat?
Apakah Maria dan bayi itu akan baik-baik saja? Tidak akan ada komplikasi karena proses persalinan dan kelahiran di kandang yang tidak steril?
Mengapa Allah Bapa memilih tempat semacam ini untuk kelahiran Putera-Nya? Putera Tunggal yang begitu dikasihi-Nya?
Di mana tempat untuk membaringkan bayi Yesus? Apakah palungan di sana itu bisa digunakan sebagai tempat tidur bayi?
Berapa lama mereka bertiga harus tidur di tempat ini?

Alkitab sangat sedikit menyebutkan tentang kondisi selama proses kelahiran Yesus. Namun tentu kita dapat menduga bahwa proses itu adalah proses yang sama sekali tidak mudah. Proses kelahiran itu berjalan dalam kondisi yang sangat tidak biasa, bahkan untuk ukuran zaman itu. Sejak zaman Musa sudah dikenal bidan-bidan yang menolong persalinan, sehingga boleh dikatakan ilmu kedokteran bangsa Israel kala itu sudah cukup maju.

Dalam kelahiran Yesus, keadaan serba sulit dan tidak layak. Dengan demikian, Yesus menjadi simbol pengharapan bagi orang-orang kecil dan orang-orang rendahan. Sesuai dengan nyanyian pujian Maria dalam Lukas 1:52: Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah.

Karena Yusuf dan Maria bersedia membayar harga, Yesus lahir melalui mereka dalam kesederhanaan, membawa pengharapan bahkan bagi orang-orang yang paling tidak berpengharapan.

1 comment:

  1. Halo, Henok... senang dapet comment nya :) Thanx for reading ya, silakan di share, semoga bisa jd berkat. GBU

    ReplyDelete

Ayooo silakan berkomentar.... :)