Artikel ini asalnya saya tulis buat buletin gereja GKKA Ujung Pandang yang rencananya bakal terbit Desember 2013 ini, dengan tema natal "A birth, a light, a hope". Karena satu dan lain hal buletinnya gak jadi terbit, dan karena natal taon depan temanya udah beda, jadi saya minta izin buat nge-post artikel ini di blog aja, sapa tau jadi berkat buat yang baca :)
***
Natal. Satu
momen akhir tahun yang syahdu, dipenuhi lantunan kidung-kidung natal, cuaca
dingin, dan hiasan-hiasan khas natal di pusat-pusat perbelanjaan. Begitu
spesial bahkan komersil hingga sering kali peringatan kelahiran Sang
Juruselamat itu sendiri terpinggirkan.
Dua ribu tahun yang lalu, yaitu natal yang
pertama saat Sang Juruselamat dilahirkan, segala sesuatunya sungguh amat
berbeda.
Di Nazaret, hiduplah seorang gadis remaja
belia, berusia sekitar 15 tahun, bernama Maria. Dia telah bertunangan dan akan
segera menikah dengan Yusuf, yang juga masih remaja. Mereka adalah orang-orang
Israel, yang sedang menanti-nantikan datangnya Mesias yang dijanjikan Allah. Seluruh
umat Israel menanti-nanti kapan waktu itu tiba, dan bertanya-tanya siapa yang
akan Tuhan pilih untuk mewujudkan karya besar-Nya.
Ketika seorang malaikat tiba-tiba datang
menemui Maria dan mengatakan bahwa dia akan hamil dan melahirkan Putra Allah,
sang Mesias yang dinanti-nantikan, Maria menerima tugas itu dengan penuh iman
dan kesadaran bahwa dirinya adalah hamba Allah.
Ini artinya Maria bersedia hamil di luar nikah,
yang mana dalam budaya Yahudi di masa itu bisa fatal akibatnya: dirajam atau
dilempari batu hingga tewas. Dan bagaimana dengan Yusuf, tunangannya? Akankah
dia percaya bahwa Maria mengandung Sang Mesias dari Allah? Bukan hanya masa
depan dan cita-cita Maria yang terancam, bahkan nyawanya pun terancam. Itulah
harga yang Maria bayar untuk sebuah ketaatan menerima tugas yang Tuhan
percayakan. Mengikut Tuhan memang tidak mudah.
Hampir saja Yusuf menceraikannya. Hancur hati
Yusuf ketika mengetahui bahwa Maria yang dikasihi dan dipercayainya dan akan
segera diperisterinya ternyata sudah hamil. Siapa laki-laki yang menghamili
Maria-nya tercinta?
Tetapi karena malaikat Tuhan datang kepadanya
melalui mimpi, Yusuf pun bersedia menerima tugas yang Tuhan percayakan. Mungkin
banyak orang di sekelilingnya menuduh Yusuf menghamili Maria sebelum mereka sah
menjadi suami isteri. Namun Yusuf menjalani semuanya dengan setia, dan
menghormati Maria, bahkan setelah mereka resmi menikah, tidak bersetubuh dengan
Maria hingga setelah Maria melahirkan Sang Juruselamat.
Ketika kehamilan Maria mencapai bulan-bulan
terakhir, mereka harus pergi ke Betlehem.
Hal ini mungkin menjawab pertanyaan Yusuf dan
Maria tentang nubuat kelahiran Sang Juruselamat yang seharusnya terjadi di
Betlehem, sedangkan mereka tinggal di Nazaret. Bagi orang yang tidak sedang
hamil sekali pun, perjalanan dari Nazareth ke Betlehem bukanlah perjalanan yang
mudah. Jaraknya ratusan kilometer, melewati beberapa pegunungan. Dalam kondisi
hamil tua, Maria harus meninggalkan kenyamanan rumahnya, kaum keluarganya,
beserta segala yang telah dia persiapkan untuk menyambut kelahiran bayinya, dan
pergi ke kota Daud nun jauh di sana.
Stres? Jelas.
Mungkin Maria sudah pernah mendampingi kerabatnya
melahirkan. Namun kerabatnya tidak akan dapat mendampinginya saat Maria
melahirkan bayinya nanti.
Berapa banyak perlengkapan dan pernak-pernik
bayi yang harus dibawa? Berapa lamakah mereka akan tinggal di Betlehem?
Perut yang besar sudah tidak nyaman untuk dibawa
berjalan jauh, mungkin kakinya pun sudah bengkak. Duduk di atas keledai juga
sangat tidak nyaman, apalagi dalam waktu yang lama. Perjalanan memakan waktu
sangat lama, jauh lebih lama dari biasanya.
Apakah bidan atau kaum keluarga suaminya di
Betlehem nanti mau menolongnya?
Atau sudahkah mereka mendengar kabar burung
bahwa dia hamil duluan sebelum resmi menikah dengan Yusuf?
Alkitab tidak menyebutkan berapa lama setelah mereka
tiba di Betlehem Maria bersalin. Namun Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa “tidak ada tempat bagi mereka di rumah
penginapan” (Lukas 2:7). Bangsa Israel mempunyai hubungan kekerabatan yang
sangat akrab, apalagi di zaman itu. Tidak adakah kaum keluarga Yusuf yang bersedia
menampung mereka, sehingga mereka harus mencari rumah penginapan, dan bahkan
tidak menemukan tempat di rumah penginapan? Padahal Maria sudah hampir melahirkan!
Mengikut Tuhan sungguh tidak mudah. Meskipun
tugas yang diemban resmi berasal dari Tuhan, dan para malaikat Tuhan sendiri
yang datang memberitahukannya. Pengalaman
supernatural yang luar biasa hebat tidak menjamin jalan yang dilalui akan
mudah.
Bayangkan bila harus berada di posisi Maria:
menanggung aib untuk dosa zinah yang tidak pernah dilakukannya, terancam
hukuman rajam, harus melakukan perjalanan jauh saat hamil tua (tidakkah Tuhan
bisa menyuruh Maria dan Yusuf pindah ke Betlehem sedari dulu, saat kondisi
Maria masih nyaman untuk melakukan perjalanan?), bahkan sekedar sebuah kamar
yang bersih dan nyaman untuk melahirkan saja pun, mengapa Tuhan tidak mau
sekali menyediakan?
Maka sepasang suami-isteri remaja itu pun
terpaksa tinggal di tempat hewan ternak: mungkin sebuah gua tempat para gembala
dan hewan gembalaan beristirahat, atau sebuah kandang, Alkitab juga tidak
mengatakan dengan jelas. Alkitab hanya menyebutkan bahwa tempat itu dilengkapi
dengan palungan, atau tempat makanan hewan-hewan ternak (Lukas 2:7).
Kemudian Maria pun melahirkan.
Mungkin dengan hanya beralaskan jerami dan
kain, Maria berbaring di kandang, merasakan mulas-mulas yang hebat dan semakin
bertambah. Menginginkan kehadiran ibu dan kerabatnya di sampingnya, tetapi
hanya Yusuf yang ada di sana.
Adakah yang menolong atau mendampingi Maria
melahirkan selain Yusuf? Lagi-lagi Alkitab tidak menyebutkan tentang hal ini.
Dari mana Yusuf mendapatkan air bersih untuk
membersihkan Maria dan air bersih yang hangat untuk membersihkan bayinya?
Bagaimana cara menggendong bayi yang baru
lahir? Bagaimana cara membungkusnya agar hangat?
Apakah Maria dan bayi itu akan baik-baik saja?
Tidak akan ada komplikasi karena proses persalinan dan kelahiran di kandang
yang tidak steril?
Mengapa Allah Bapa memilih tempat semacam ini
untuk kelahiran Putera-Nya? Putera Tunggal yang begitu dikasihi-Nya?
Di mana tempat untuk membaringkan bayi Yesus?
Apakah palungan di sana itu bisa digunakan sebagai tempat tidur bayi?
Berapa lama mereka bertiga harus tidur di
tempat ini?
Alkitab sangat sedikit menyebutkan tentang
kondisi selama proses kelahiran Yesus. Namun tentu kita dapat menduga bahwa
proses itu adalah proses yang sama sekali tidak mudah. Proses kelahiran itu
berjalan dalam kondisi yang sangat tidak biasa, bahkan untuk ukuran zaman itu.
Sejak zaman Musa sudah dikenal bidan-bidan yang menolong persalinan, sehingga
boleh dikatakan ilmu kedokteran bangsa Israel kala itu sudah cukup maju.
Dalam kelahiran Yesus, keadaan serba sulit dan
tidak layak. Dengan demikian, Yesus menjadi simbol pengharapan bagi orang-orang
kecil dan orang-orang rendahan. Sesuai dengan nyanyian pujian Maria dalam Lukas
1:52: Ia menurunkan orang-orang yang
berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah.
Karena Yusuf dan Maria bersedia membayar harga,
Yesus lahir melalui mereka dalam kesederhanaan, membawa pengharapan bahkan bagi
orang-orang yang paling tidak berpengharapan.
Halo, Henok... senang dapet comment nya :) Thanx for reading ya, silakan di share, semoga bisa jd berkat. GBU
ReplyDelete