Saturday, July 4, 2015

Terpanggil


Hidup adalah sebuah perjalanan.
Hidup kami adalah milik Tuhan. Karena itu, hidup kami menjadi sebuah perjalanan menggenapi tujuan (purpose) yang sudah Tuhan rancangkan bagi kami.

Setiap anak Tuhan adalah anggota tubuh Kristus, dengan tempat dan peran yang berbeda-beda.  Allah dengan segala hikmat-Nya memanggil dan menempatkan anak-anak-Nya ke tempat mereka masing-masing. Dengan atau tanpa persetujuan mereka. Sengaja atau tidak disengaja.

Tentu setiap anak-Nya diberi-Nya kehendak bebas, untuk memilih apakah mereka bersedia atau tidak bersedia mengambil perannya masing-masing. Dalam kedaulatan-Nya, ke-mahakuasaan-Nya, dan jalan-jalan-Nya yang tidak dapat terselami oleh pemikiran manusia, segala rancangan-Nya terwujud, tanpa kecuali dan tanpa keliru, walaupun banyak anak-Nya tidak bersedia memenuhi panggilan mereka.

Melayani Tuhan memang dapat dilakukan di mana saja, melalui pekerjaan apa saja, bahkan pekerjaan duniawi sekali pun. Medan yang “sulit” tidak serta merta menjadikan sebuah pelayanan lebih berkenan kepada Tuhan. Posisi yang tidak menyenangkan tidak otomatis menjadikan pelayanan itu lebih bernilai di mata Tuhan. Seperti halnya tubuh memerlukan begitu banyak sel berbeda untuk dapat berfungsi dengan baik, demikian juga tubuh Kristus memerlukan banyak orang berbeda untuk mewujudkan kerajaan Allah di dunia. Sebagian dipanggil untuk menjadi pemimpin, sebagian lainnya bertekun melayani di grass root, mungkin kepada satu dua orang saja. Sebagian dipanggil untuk melayani di kota besar, sebagian lainnya di pedalaman. Sebagian dipanggil untuk bersaksi di mimbar gereja, sebagian lainnya bersaksi di posyandu atau pos hansip. Di rumah sakit, kantor pemerintah, perusahaan besar maupun warung kecil, semua menjadi bagian dari satu tubuh Kristus.

Lalu mengapa kami memutuskan untuk melayani di kota kecil ini, sebut saja Skg?

Seperti syair lagu “Tanah Airku”:

meskipun banyak negeri kujalani, 
termasyhur permai dikata orang, 
tetapi kampung dan rumahku, 
di sanalah kurasa tenang

demikian juga kami selalu merindukan kampung halaman dan keluarga besar. Ada rasa bersalah yang tidak terkatakan jika berada jauh dari keluarga saat kehadiran kami sangat diperlukan. Ada kepedihan saat kami berusaha menghibur anak kami yang merindukan sepupu, kakek atau neneknya. Ada rasa kesepian, ada pula kesusahan saat bantuan sangat dibutuhkan.
Kampung halaman menawarkan rasa nyaman istimewa yang tidak dapat ditawarkan oleh tempat lain di dunia.

Tapi hidup bukan tentang kenyamanan, bukan tentang keinginan, bahkan bukan tentang kebahagiaan.

Hidup adalah perjalanan menggenapi tujuan.

Apakah tujuan Tuhan bagi kami?

Terus terang kami sendiri belum yakin. Karena kami belum tiba di tujuan akhir.
Setelah berbulan-bulan bergumul, berdoa, bertanya-tanya, dan didoakan oleh banyak orang, kami merasa Tuhan memanggil kami ke Skg.

Go where the need is greatest.

“Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.” Matius 7:13-14

Bukan, bukan berarti pilihan lain akan menuju kebinasaan. Bukan juga artinya orang yang memilih jalan berbeda akan menuju kebinasaan. Ayat ini bagi saya pribadi berbicara tentang tidak menjadikan kenyamanan sebagai dasar untuk memilih.
Instead of staying in comfort zone, go where the need is greatest.

Maka kami pun sepakat memilih Skg.
Sebuah kota kecil yang tidak menjanjikan kelimpahan materi.
Dan tidak terlalu dekat dengan kampung halaman.
Sebuah rumah sakit yang sangat membutuhkan kehadiran SpAn.
Dan beberapa kesempatan melayani, baik keluarga, teman, pasien, para hamba Tuhan.

Sebuah pilihan yang sungguh tidak mudah. Khususnya jika mempertimbangkan perasaan orangtua kami, dan tawaran pekerjaan lain yang dengan berat hati harus kami tinggalkan.
Namun, firman Tuhan berkata, “Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya”, Amsal 16:9. 

Tuhan memanggil kami, maka kami turut.

1 comment:

  1. Hai Ci Natalia, salam kenal.

    Aku Anggia. Thx sudah sharing ini, aku kembali diingatkan lg "bukan ttg kenyamanan, tp ttg menggenapi rencanaNya". disaat skrg lg hilang api semangat, baca ini jd lumayan semangat lg utk jgn nyerah dan tetap bertekun dlm Tuhan.


    Semangat ya utk cici dan keluarga dlm menjalani panggilanNya.

    Sering2 posting, postingan cici jd berkat buat aku :)

    Jesus bless you

    Thank you

    ReplyDelete

Ayooo silakan berkomentar.... :)